top of page
Naufal Hafizh Nugraha

AQIDAH AT-TAUHID #2: DEFINISI AQIDAH

البابُ الأولُ : مدخلٌ لدراسةِ العقيدةِ

الفصلُ الأولُ : فِي بيانِ العقيدةِ وبيانِ أهميتهَا باعتبارهَا أساسًا يقومُ عليهِ بناءُ الدينِ


Bab Pertama: Pengenalan Akidah

Bagian Pertama: Penjelasan akidah dan penjelasan pentingnya akidah berdasarkan pondasi agama yang membangunnya


العقيدةُ لغةً :

مأخوذةٌ منَ العقدِ وهوَ ربطُ شيءِ، واعتقدتُ كذَا : عقدتُ عليهِ القلبَ والضميرَ. والعقيدةُ : مَا يدينُ بهِ الإنسانُ؛ يقالُ : لهُ عقيدةٌ حسنةٌ، أيْ : سالمةٌ منَ الشكِّ. والعقيدةُ عملٌ قلبيٌّ، وهيَ إيمانُ القلبِ بالشيءِ وتصديقهُ بهِ.

Akidah secara bahasa :

Diambil dari kata Al-‘Aqdi yaitu mengikat sesuatu, meyakini sesuatu maksudnya adalah mengikat hati pada keyakinan tersebut. Akidah adalah sesuatu yang manusia beragama dengannya; Dikatakan seseorang memiliki akidah yang baik yaitu ketika keyakinannya bebas dari keragu-raguan. Akidah adalah amalan hati, yaitu mengimani sesuatu dalam hati dan membenarkannya.


والعقيدةُ شرعًا :

هيَ الإيمانُ باللهِ وملائكتهِ، وكتبهِ، ورسلهِ، واليومِ الآخرِ، والإيمانُ بالقدرِ خيرهِ وشرهِ، وتسمَّى هذهِ أركانُ الإيمانِ.


Akidah menurut syara’ :

Yaitu beriman kepada Allah dan malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk, dan ini dinamakan rukun iman.


فالاعتقادياتُ : هيَ التِي لَا تتعلقُ بكيفيةِ العملِ، مثلُ اعتقادِ ربوبيةِ اللهِ ووجوبِ عبادتهِ، واعتقادِ بقيةِ أركانِ الإيمانِ المذكورةِ، وتسمَّى أصليةً.


I’tiqad (keyakinan) yaitu yang tidak berkaitan dengan tata cara beramal, seperti meyakini rububiyyah Allah, kewajiban beribadah kepadaNya, meyakini rukun iman yang telah disebutkan, hal ini disebut Ashliyyah (Pondasi).


والعمليتُ : هيَ مَا يتعلقُ بكيفيةِ العملِ مثلُ الصلاةِ والزكاةِ والصومِ وسائرِ الأحكامِ العمليةِ، وتسمَّى فرعيةً؛ لأنهَا تبنَى علَى تلكَ صحةً فسادًا.

Amaliyyah yaitu yang berkaitan dengan tata cara beramal seperti shalat, zakat, shaum, menjalankan hukum-hukum amalan lainnya, hal ini disebut far’iyyah, karena dibangun berdasarkan sah dan tidak sah.


فالعقيدةُ الصحيحةُ هيَ الأساسُ الذِي يقومُ عليهِ الدينُ وتصحُّ معهُ الأعمالُ، كمَا قالَ تعلَى : [فَمَن كَانَ يَرْجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَا (110)].


Akidah yang shahih adalah pondasi agama yang dengannya amal perbuatan menjadi benar, sebagaimana firman Allah تعلَى : “Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadah kepada Tuhannya” (QS. Al Kahfi [18]: 110).


وقالَ تعلَى : [وَلَقَدْ أُحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65)].


Allah تعلَى berfirman : “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi” (QS. Az Zumar [39] : 65).


وقالَ تعلَى : [فَاعْبُدِ اللهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ (2) أَلَا لِلَّهِ الدِّيْنُ الْخَالِسصُ (3)].


Allah تعلَى berfirman : “maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepadaNya (2) Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni dari syirik (QS. Az Zumar [39]: 2-3).


فدلّتْ هذهِ الآياةُ الكريمةُ، ومَا جَاءَ بمعنهَا، وهوَ كثيرٌ، علَى أنَّ الأعمالَ لَا تقبلُ إلَّا إذَا كانتْ خالصةً منَ الشركِ، ومنْ ثمَّ كانَ اهتمامُ الرسلِ – صلواتُ اللهِ وسلامهُ عليهمْ – بإصلاحِ عقيدةِأولًا، فاولُ مَا يدعونَ أقوامهمْ إلَى عبادةِ اللهِ وحدهُ، وتركُ عبادةِ مَا سواهُ، كمَا قالَ تعلَى : [وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُوْلًا أَنِ اعْبُدُواْ اللهَ وَجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ (36)]


Ayat-ayat yang mulia ini begitu juga banyak ayat-ayat lain yang semakna dengannya menunjukkan bahwa suatu amalan tidaklah diterima kecuali amalan tersebut bersih dari syirik. Inilah yang menjadi perhatian para Rasul –shalawat beserta salam kepada mereka- yaitu memulai dengan memperbaiki akidah. Hal yang pertama kali diserukan para Rasul kepada kaum mereka adalah mengesakan Allah dalam beribadah dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah تعلَى : “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut” (QS. An Nahl [16]: 36)


وكلُّ رسولٍ يقولُ أولَ مَا يخاطبُ قَوْمُهُ :

[اعْبُدُ اللهَ مَا لَكُمْ مِّنْ إِلَاهٍ غَيْرُهُ] قالهَا نوحٌ وهودٌ وصالحٌ وشعيبٌ، وسائرُ الأنبياءِ لقومهمْ.


Dan seluruh rasul berkata pada awal dakwak mereka pada kaumnya : “Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia” (QS. Al ‘Araf [7]: 59, 65, 73, 85). Begitulah perkataan Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan semua nabi kepada kaumnya.


وقدْ بقيَ النبيُّ صل الله عليه وسلم فِي مكةَ بعدَ البعثةِ ثلاثتَ عشرَ عَامًا يدعُو النَّاسَ إلَى التوحيدِ، وإصلاحِ العقيدةِ؛ لأنهَا الأساسُ الذِي يقومُ عليهِ بناءُ الدينِ. وقدِ احتذَا الدعاةُ والمصلحونَ فِي كلِّ زمانٍ حذوَ الأنبياءِ والمرسلينَ، فكانُوا يبدعونَ بالدعوةِ إلَى التوحيدِ، واصلاحِ العقيدةِ، ثمَ يتجهونَ بعدَ ذلكَ إلَى الأمرِ ببقيةِ أوامرِ الدين


Nabi صل الله عليه وسلم senantiasa gigih selama 13 tahun diutus di Mekah menyeru manusia kepada tauhid dan memperbaiki akidah. Karena hal tersebut adalah pondasi yang dengannya tegak agama Islam. Seruan dan perbaikan ini telah benar-benar diikuti oleh para Dai pada semua masa mengikuti apa dicontohkan para Nabi dan Rasul. Mereka mengawali dengan menyerukan tauhid, memperbaiki akidah, kemudian mengarahkan kepada perintah agama yang semisalnya.


Disusun Oleh

Naufal Hafizh Nugraha

Mahasiswa Biologi IPB University

Anggota Markaz Ilmu


Dibawah Bimbingan

J. Muhammad Salik, S.Si

Mahasiswa S1 Syariah KIU

Alumni S1 Kimia IPB University

Ketua Markaz Ilmu


REFERENSI:

Aqidah At-Tauhid (Hlm. 9-10) Terbitan Darul Minhaj Riyadh KSA [Cetakan Pertama 1434 H]

Karya Syaikh Shalih Al-Fauzan

17 views0 comments

Comments


Post: Blog2 Post
bottom of page